KAB. BANDUNG, Dikte.id – Untuk meningkatkan kapasitas generasi muda di bidang literasi media, Pemerintah Desa Indragiri bersama Karang Taruna Jayagiri menggelar pelatihan videografi dan penulisan berita berbasis jurnalistik sederhana, Sabtu (2/8/2025). Kegiatan ini diikuti 45 peserta yang merupakan pengurus unit Karang Taruna dari seluruh wilayah desa.
Pelatihan menghadirkan Plt. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bandung, Asep Syahrial atau yang akrab disapa H. Awing, sebagai narasumber utama. Dalam sesi yang berlangsung interaktif, ia menekankan pentingnya keterampilan menulis berita yang benar, pemahaman etika jurnalistik, dan pengetahuan hukum pers.
“Di era digital, semua orang bisa membuat konten. Tapi tidak semua tahu cara menyampaikan informasi yang benar, berimbang, dan tidak melanggar hukum. Inilah mengapa literasi media sangat penting, terutama bagi generasi muda,” ujar H. Awing.

Ia memaparkan kaidah penulisan berita berdasarkan prinsip 5W+1H (what, who, when, where, why, how), yang harus berbasis fakta, tidak tendensius, dan menghindari opini pribadi. Etika jurnalistik, menurutnya, adalah pondasi untuk menjaga integritas media sekaligus mencegah penyalahgunaan informasi.
“Satu kalimat berita bisa menyelamatkan atau merusak reputasi seseorang. Etika jurnalistik adalah benteng agar kita tidak tergelincir pada hoaks atau fitnah,” tegasnya.
Selain itu, H. Awing juga membahas Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai landasan hukum praktik jurnalistik di Indonesia. UU ini, jelasnya, tidak hanya melindungi kebebasan pers, tetapi juga mengatur batasannya agar setiap publikasi tetap menghormati hak asasi, privasi, dan kepentingan publik.
“Kebebasan pers bukan berarti bebas tanpa tanggung jawab. Inilah yang membedakan jurnalis sejati dari sekadar penyebar informasi,” ujarnya.
Ia berharap pelatihan ini tidak hanya memberi keterampilan teknis, tetapi juga membangun kesadaran kritis dan tanggung jawab moral peserta dalam mengelola informasi. Pemuda desa diharapkan mampu memproduksi konten positif yang mencerminkan potensi serta nilai-nilai lokal.
“Desa punya banyak cerita dan potensi. Dengan keterampilan videografi dan jurnalistik yang benar, pemuda desa bisa menjadi jembatan informasi yang membangun, bukan yang merusak,” pungkasnya. (Heri/Gum)